Thursday, October 21, 2010

Beberapa Penelitian Tembok Ya'juj

BEBERAPA PENELITIAN TEMBOK YA’JUJ


Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.

Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.

Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di perunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam mahupun Rusia, terletak di republik Georgia.

Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka.

Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.

Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj.

27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj-Ma’juj tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj-Ma’juj berada.

Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.

Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).

Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya’juj-Ma’juj itu.

Ya’juj-Ma’juj sendiri, menurut penuturan al-Syarif al-Idrisi dalam Nuzhat al-Musytaq, adalah dua suku keturunan Sam bin Nuh. Mereka sering mengganggu, menyerbu, membunuh, suku-suku lain. Mereka pembuat onar, dan sering menghancurkan suatu daerah. Masyarakat mengadukan kelakuan suku Ya’juj dan Ma’juj kepada Iskandar Dzul Qarnain, Raja Macedonia. Iskandar kemudian menggiring (mengusir) mereka ke sebuah pegunungan, lalu menutupnya dengan tembok dan pintu besi.

Menjelang Kiamat nanti, pintu itu akan jebol. Mereka keluar dan membuat onar dunia, sampai turunnya Nabi Isa al-Masih.

Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya’juj-Ma’juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.

Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.
DI sebalik pembinaan kota besar hasil kemajuan pembangunan dan kemodenan yang melanda hampir seluruh pelusuk dunia hari ini, masih terdapat satu kawasan rahsia di muka bumi ini yang menyimpan ribuan makhluk misteri.

Sehingga kini, penerokaan demi penerokaan di seluruh kawasan bumi masih belum menemui wilayah asing itu sekali gus menyebabkan kewujudan makhluk terbabit tidak akan dikenal pasti pengkaji atau manusia umumnya.

Bagaimanapun, kewujudan makhluk itu adalah sahih dan suatu hari nanti, mereka akan muncul juga di hadapan manusia. Akan tetapi, ketika makhluk itu muncul, sudah terlambat untuk manusia berbuat apa-apa lagi.

Tiada lagi kajian mengenai sejarah kewujudan atau penyelidikan sains dilakukan terhadap makhluk itu seperti penemuan artifak atau spesies baru ketika ini kerana sewaktu munculnya makhluk dikenali Yakjuj dan Makjuj itu, dunia sudah terlalu hampir dengan kiamat!

Sejak dikurung ribuan tahun lalu, kewujudan dan lokasi ‘pusat tahanan’ Yakjuj dan Makjuj masih menjadi misteri kepada manusia.

Bagaimanapun, kewujudan dua makhluk itu adalah pasti lantaran ia dinyatakan dalam al-Quran serta tergolong dalam perkara ghaib yang wajib diimani manusia menerusi tanda besar berlakunya kiamat.

Pensyarah Jabatan Al-Quran dan Al-Hadith, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya (API-UM), Prof Madya Dr Fauzi Deraman, berkata Yakjuj dan Makjuj bukanlah berupa haiwan atau spesies lain sebaliknya ia adalah manusia yang berasal daripada keturunan Nabi Adam AS.

Katanya, mengikut hadis, bangsa Yakjuj dan Makjuj berasal daripada keturunan anak lelaki Nabi Nuh AS iaitu Yafis yang berkembang melewati masa sehinggalah Zulkarnain membina tembok bagi menghalang mereka keluar dari lokasi mereka.

“Cerita mengenai sejarah Yakjuj dan Makjuj tertera dalam al-Quran menerusi surah al-Kahfi, ayat ke-92 hingga 98 manakala kebangkitan mereka dinyatakan dalam surah an-Anbiyaa’, ayat ke-96 dan 97,” katanya.

Allah berfirman menerusi ayat surah al-Kahfi itu: “Kemudian dia (Zulkarnain) menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia sampai antara dua gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.

“Mereka berkata: ‘Hai Zulkarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu orang yang membuat kerosakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara mereka?’.

“Zulkarnain berkata: ‘Apa yang dikuasakan Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan peralatan), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi’.

“Hingga apabila besi itu sudah sama rata dengan kedua-dua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: ‘Tiuplah (api itu)’. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu.

“Maka mereka tidak dapat mendakinya dan mereka tidak dapat melubanginya. Zulkarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat daripada Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku (kiamat), Dia akan menjadikannya hancur luluh dan janji Tuhanku itu adalah benar’.”

Dalam ayat surah an-Anbiyaa’ pula, Allah berfirman: “Hingga apabila dibukakan (tembok) Yakjuj dan Makjuj; dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan sudah dekatlah kedatangan janji yang benar (kaimat) maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang kafir. (Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian mengenai ini, bahkan kami adalah orang yang zalim’.”

Dr Fauzi berkata, selain dua surah al-Quran itu, terdapat banyak hadis kuat yang membicarakan mengenai Yakjuj dan Makjuj tetapi terdapat juga perbezaan pendapat di kalangan ulama mengenai ciri-ciri bangsa itu yang tidak diterangkan nas.

“Hadis riwayat Imam Ahmad pula menerangkan ciri fizikal Yakjuj dan Makjuj yang antara lain bermuka bulat dan kulit kekuningan seperti wajah kebanyakan penduduk Asia Tengah.

“Ulama juga cenderung mengatakan Yakjuj dan Makjuj berasal dan dikurung di benua Asia Tengah berdasarkan tafsiran ayat ke-90 dari surah al-Khafi yang menyebut Zulkarnain sampai ‘di tempat terbit matahari’ iaitu timur dunia,” katanya.

Pendapat lain menambah yang Yakjuj dan Makjuj berkemungkinan berasal daripada bangsa Tartar dan Mongul manakala lokasi tahanan mereka adalah kawasan pergunungan luas Caucasus.

Beliau berkata, kebanyakan ulama menyatakan yang bangsa itu terus wujud sehingga kini tetapi dipisahkan daripada dunia manusia oleh Allah SWT menerusi tembok dibina Zulkarnain itu.

Katanya, tugas bangsa itu setiap hari sejak ribuan tahun lalu adalah mengorek tembok itu untuk tembus ke dunia manusia tetapi Allah masih menghalang mereka dengan kembali meneguhkan benteng berkenaan sehinggalah hampirnya hari kiamat.

“Allah akan mengizinkan tembok itu runtuh dan Yakjuj dan Makjuj bebas ke dunia manusia apabila hampirnya kiamat dan peristiwa itu menjadi satu daripada 10 tanda besar kiamat,” katanya.

Yakjuj dan Makjuj juga muncul selepas kematian Dajal yang dibunuh Nabi Isa AS dan bangsa itu akan mendatangkan kerosakan besar di muka bumi. Kekuatan mereka dikatakan luar biasa dan terlalu hebat sehingga tiada sesiapa yang mampu menewaskan kumpulan itu.

“Nabi Isa AS memerintahkan manusia yang masih beriman berlindung di pergunungan bagi mengelak menjadi mangsa Yakjuj dan Makjuj; baginda kemudian berdoa kepada Allah SWT dan Allah membinasakan mereka dengan mengutuskan ulat yang menyerang belakang badan golongan itu sehingga mati.

“Selepas bangsa Yakjuj dan Makjuj mati serta menjadi busuk, Allah mengutuskan seekor burung besar untuk mengangkut dan membersihkan mayat itu dari bumi,” katanya.

Menyoroti dalil kewujudan Yakjuj dan Makjuj, manusia seharusnya yakin mempertahankan akidah Islam dan tidak bertangguh memohon keampunan dan keredaan Allah kerana mereka yang masih lalai adalah golongan yang diterangkan dalam surah an-Anbiyaa’ di atas seperti firman-Nya: “(Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian mengenai ini, bahkan kami adalah orang yang zalim’.”

No comments :

Post a Comment